a. Merendahkan suara di hadapan Rasulullah SAW. merupakan adab kita kepada beliau dan mentaati firman Allah Taala ;
” Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari. Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar “(QS. Al-Hujurat : 2)
Ayat ini mengancam orang yang meninggikan suaranya di depan Rasulullah SAW. yaitu Allah akan menghapus pahalanya.
Diriwayatkan bahwa Abu Bakar Shiddiq ra. berkata, “Tidaklah patut meninggikan suara, baik ketika Rasulullah SAW. masih hidup atau sudah wafat.”
Aisyah ketika mendengar suara yang memekakkan telinga atau suara paku yang dipalu di rumah tetangga, ia datang ke rumah tersebut dan berkata, “Janganlah kalian menyakiti Rasulullah SAW.”
Umar bin Khattab ra. melihat dua orang lelaki sedang ribut di dalam Mesjid Nabi. Kemudian dia mengisyaratkan untuk datang menemuinya dan bertanya, “Dari mana kalian berdua?”Kedua orang itu menjawab, “Dari Taif.” Umar ra. berkata, “Kalau seandainya kalian penduduk Madinah, maka aku akan pukul kalian dengan keras. Sesungguhnya mesjid kami ini, tidak ada suara yang tinggi di dalamnya.”
b. Para jamaah disunnahkan untuk berziarah kemakam Rasulullah SAW. Pada saat melintasi depan makam beliau dianjurkan berdiri menghadap kubur Rasulullah SAW sambil memberikan salam,
” Salam sejahtera buatmu wahai Rasulullah SAW, salam sejahtera buatmu wahai kekasih Allah, salam sejahtera buatmu wahai sebaik-baik makhluk. Aku bersaksai bahwa engkau telah menyampaikan risalah Islam, engkau telah melaksanakan amanat, engkau telah menasehati ummat dan engkau telah berjihad di jalan Allah sampai datangnya kematian.”
Kemudian bergerak selangkah ke kanan dan mengucapkan salam kepada Abu Bakar Siddiq.
” Salam sejahtera buatmu wahai Abu Bakar, salam sejahtera buatmu wahai Pendamping Rasulullah SAW. ketika kamu berdua di gua Tsur, salam sejahtera buatmu wahai Khalifah Rasulullah SAW. ”
Kemudian bergerak selangkah ke kanan dan mengucapkan salam kepada Umar bin Khatab Al Faruq t ,
” Salam sejahtera buatmu wahai Amirul Mukminin, salam sejahtera buatmu wahai Abu Hafsh, salam sejahtera buatmu wahai Al-Faruq. ”
Kemudian menghadap kiblat dan kamar mulia baginda berada di belakang sambil berjalan meninggalkan tempat tersebut untuk para penziarah lainnya dan berdoa kepada Allah dengan doa apapun baik perkara dunia atau perkara akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar